SUBHANALLAH..............NIKMATNYA PUNYA ISTRI YANG SHOLEHAH................PERTEMUAN KE 162 "

Rumahtangga bahagia? wah siapa yang tak kepingin? Ini sebuah kisahperjalanan rumah tangga seorang istri yang mencintainya suaminyasemata-mata karena cintanya kepada Allah

Hari itu merupakan hari bahagiaku, alhamdulillah. Aku telahmenyempurnakan separo dienku: menikah. Aku benar-benar bahagia sehinggatak lupa setiap sepertiga malam terakhir aku mengucap puji syukurkepada-Nya.

Hari demi hari pun aku lalui dengan kebahagiaan bersama istritercintaku. Aku tidak menyangka, begitu sayangnya Allah Subhanahu waTa'ala kepadaku dengan memberikan seorang pendamping yang setiap waktuselalu mengingatkanku ketika aku lalai kepada-Nya. Wajahnya yangtertutup cadar, menambah hatiku tenang.

Yang lebih bersyukur lagi, hatiku terasa tenteram ketika harusmeninggalkan istri untuk bekerja. Saat pergi dan pulang kerja, senyumanindahnya selalu menyambutku sebelum aku berucap salam. Bahkan, sampaisaat ini aku belum bisa mendahului ucapan salamnya karena selaluterdahului olehnya. Subhanallah.

Wida, begitulah nama istri shalihahku. Usianya lebih tua dua tahun dariaku. Sekalipun usianya lebih tua, dia belum pernah berkata lebih kerasdaripada perkataanku. Setiap yang aku perintahkan, selalu diturutidengan senyuman indahnya.


Sempat aku mencobanya memerintah berbohong dengan mengatakan kalaunanti ada yang mencariku, katakanlah aku tidak ada.

Mendengar itu,istriku langsung menangis dan memelukku seraya berujar, "Apakah Aa'(Kakanda) tega membiarkan aku berada di neraka karena perbuatan ini?"

Aku pun tersenyum, lalu kukatakan bahwa itu hanya ingin mencobakeimanannya. Mendengar itu, langsung saja aku mendapat cubitan kecildarinya dan kami pun tertawa.

Sungguh, ini adalah kebahagiaan yang teramat sangat sehingga jika akuharus menggambarkanya, aku tak akan bisa. Dan sangat benar apa yangdikatakan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, "Dunia hanyalahkesenangan sementara dan tidak ada kesenangan dunia yang lebih baikdaripada istri shalihah." (Riwayat An-Nasa'i dan Ibnu Majah).

Hari terus berganti dan tak terasa usia pernikahanku sudah lima bulan. Masya Allah.

Suatu malam istriku menangis tersedu-sedu, sehingga membangunkanku yangtengah tertidur. Merasa heran, aku pun bertanya kenapa dia menangismalam-malam begini.

Istriku hanya diam tertunduk dan masih dalam isakan tangisnya. Akupeluk erat dan aku belai rambutnya yang hitam pekat. Aku coba bertanyasekali lagi, apa penyebabnya? Setahuku, istriku cuma menangis ketikadalam keadaan shalat malam, tidak seperti malam itu.

Akhirnya, dengan berat hati istriku menceritakan penyebabnya.Astaghfirullah... alhamdulillah, aku terperanjat dan juga bahagiamendengar alasannya menangis. Istriku bilang, dia sedang hamil tigabulan dan malam itu lagi mengidam. Dia ingin makan mie ayam kesukaanyatapi takut aku marah jika permohonannya itu diutarakan. Terlebihmalam-malam begini, dia tidak mau merepotkanku.

Demi istri tersayang, malam itu aku bergegas meluncur mencari mie ayamkesukaannya. Alhamdulillah, walau memerlukan waktu yang lama dan harusmengiba kepada tukang mie (karena sudah tutup), akhirnya aku punmendapatkannya.

Awalnya, tukang mie enggan memenuhi permintaanku. Namun setelah akuceritakan apa yang terjadi, tukang mie itu pun tersenyum dan langsungmenuju dapurnya. Tak lama kemudian memberikan bingkisan kecil berisimie ayam permintaan istriku.

Ketika aku hendak membayar, dengan santun tukang mie tersebut berujar,"Nak, simpanlah uang itu buat anakmu kelak karena malam ini bapakmerasa bahagia bisa menolong kamu. Sungguh pembalasan Allah lebih akuutamakan."

Aku terenyuh. Begitu ikhlasnya si penjual mie itu. Setelah mengucapkansyukur dan tak lupa berterima kasih, aku pamit. Aku lihat senyumannyamengantar kepergianku.

"Alhamdulillah," kata istriku ketika aku ceritakan begitu baiknyatukang mie itu. "Allah begitu sayang kepada kita dan ini harus kitasyukuri, sungguh Allah akan menggantinya dengan pahala berlipat apayang kita dan bapak itu lakukan malam ini," katanya. Aku punmengaminkannya. 

0 komentar:

Posting Komentar