“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri (dosa-dosamu), dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy Syuraa: 30) Ibnu Qoyyim Al Jauziyah rahimahullah mengatakan, “Di antara akibat dari berbuat dosa adalah menghilangkan nikmat dan akibat dosa adalah mendatangkan bencana (musibah). Oleh karena itu, hilangnya suatu nikmat dari seorang hamba adalah karena dosa. Begitu pula datangnya berbagai musibah juga disebabkan oleh dosa.” (Al Jawabul Kaafi, hal. 87) Dari sini, maka sudah sepatutnya direnungkan, boleh jadi hujan abu yang menimpa kita sehingga menyulitkan berbagai aktivitas yang ada sebenarnya karena dosa-dosa kita sendiri.
Seorang pemuda, ahli amal ibadah datang ke seorang Sufi. Sang pemuda dengan bangganya mengatakan kalau dirinya sudah melakukan amal ibadah wajib, sunnah, baca Al-Qur’an, berkorban untuk orang lain dan kelak harapan satu satunya adalah masuk surga dengan tumpukan amalnya.
Bahkan sang pemuda tadi malah punya catatan amal baiknya selama ini dalam buku hariannya, dari hari ke hari.
“Saya kira sudah cukup bagus apa yang saya lakukan Tuan…”
“Apa yang sudah anda lakukan?”
“Amal ibadah bekal bagi surga saya nanti…”
“Kapan anda menciptakan amal ibadah, kok anda merasa punya?”
Pemuda itu diam… lalu berkata, “Bukankah semua itu hasil jerih payah saya sesuai dengan perintah dan larangan Allah?”
“Siapa yang menggerakkan jerih payah dan usahamu itu?”
“Saya sendiri…hmmm….”
“Jadi kamu mau masuk surga sendiri dengan amal-amalmu itu?”
“Jelas dong tuan…”
“Saya nggak jamin kamu bisa masuk ke surga. Kalau toh masuk kamu malah akan tersesat disana…”
Pemuda itu terkejut bukan main atas ungkapan Sang Sufi. Pemuda itu antara marah dan diam, ingin sekali menampar muka sang sufi.
“Mana mungkin di surga ada yang tersesat. Jangan-jangan tuan ini ikut aliran sesat…” kata pemuda itu menuding Sang Sufi.
“Kamu benar. Tapi sesat bagi syetan, petunjuk bagi saya….”
“Toloong diperjelas…”
“Begini saja, seluruh amalmu itu seandainya ditolak oleh Allah bagaimana?”
“Lho kenapa?”
“Siapa tahu anda tidak ikhlas dalam menjalankan amal anda?”
“Saya ikhlas kok, sungguh ikhlas. Bahkan setiap keikhlasan saya masih saya ingat semua…”
“Nah, mana mungkin ada orang yang ikhlas, kalau masih mengingat-ingat amal baiknya? Mana mungkin anda ikhlas kalau anda masih mengandalkan amal ibadah anda?
Hari demi hari usiamu kian berkurang,Tapi engkau tidak pernah menyadarinya.Setiap hari Allah datangkan rezki kepadamu,Tapi engkau tidak pernah memujiNya.Dengan pemberian yang sedikit, engkau tidak pernah mau berlapang dada.Dengan pemberian yang banyak, engkau tidak juga pernah merasa kenyang.
Setiap hari Allah datangkan rezki untukmu.Tapi setiap malam malaikat datang kepadaNya dengan membawa catatan perbuatan jelekmu.Engkau makan dengan lahap rezkiNya,Tapi engkau tidak segan-segan pula berbuat durjana kepadaNya.
Allah kabulkan jika engkau memohon kepadaNya,KebaikanNya tak putus-putus mengalir untukmu.Namun sebaliknya, catatan kejelekanmu sampai kepadaNya tiada henti.Allah adalah pelindung terbaik untukmu,Tapi engkau hamba terjelek bagiNya.
Kau raup segala apa yang Allah berikan kepadamu,Tapi Allah tutupi kejelekan yang kau perbuat secara terang-terangan.Tidak malukah kalian kepada Allah?
Engkau melupakan AllahTapi engkau ingat pula kepada yang lain.Kepada manusia engkau merasa takut,Tapi kepada Allah engkau merasa aman-aman saja.Pada manusia engkau takut dimarahi,Tapi pada kemurkaan Allah engkau tak peduli.
Wahai Sahabat.
Bersujudlah dan bertaubatlah kepada Allah SWT serta menangislah.Betapa banyak dosa yang telah kita lakukan selama ini.Lihatlah, betapa banyak kelalaian yang telah kita lakukan selama ini!
Ya Allah,
Aku hanyalah sebutir pasir di gurun-Mu yang luasAku hanyalah setetes embun di lautan-Mu yang meluap hingga ke seluruh samuderaAku hanya sepotong rumput di padang-Mu yang memenuhi bumiAku hanya sebutir kerikil di gunung-Mu yang menjulang menyapa langitAku hanya selonggok bintang kecil yang redup di samudera langit Mu yang tanpa batas.
Ya Allah,
Hamba yang hina ini menyedari tiada artinya diri ini di hadapan Mu.Tiada Engkau sedikitpun memerlukanku,Tapi hamba ini terus menggantungkan segunung harapan pada Mu.
Ya Allah,
Ibadahku hanya sepercik airBagaimana mungkin sepercik air ini dapat memadamkan api neraka Mu.Betapa sedar diri ini begitu hina dihadapan-Mu.Jangan jadikan hamba hina dihadapan makhluk-Mu.Diri yang tangannya banyak maksiat ini,Mulut yang banyak maksiat ini,Mata yang banyak maksiat ini,Hati yang telah dikotori oleh noda ini,Yang memiliki keinginan setinggi langit,Mungkinkah hamba yang hina ini menatap wajahMu Yang Mulia?
Ya Allah,
Ampunilah aku dan saudara-saudaraku yang telah memberi arti dalam hidupku,Berikanlah kejayaan dan mudahkanlah urusan mereka,Mungkin tanpa kami sedari,Kami pernah melanggar aturan Mu.
Ya Allah,
Ampunilah kami,Pertemukan kami dalam syurga Mu dalam bingkai kecintaan kepada Mu.
Ya Allah,
Siangku tak selalu dalam iman yang teguh,Malamku tak senantiasa dibasahi airmata taubat,Pagiku tak selalu terhias oleh zikir kepada Mu,Begitulah si lemah ini dalam upayanya yang sedikitJanganlah kau cabut nyawaku dalam keadaan lupa pada Mu,Atau dalam maksiat kepada Mu.Ya Tuhanku tutuplah untuk kami dengan sebaik-baiknya penutupan !!!
Ya Allah,
Kami bukanlah hamba Mu yang pantas memasuki syurga firdaus Mu,Tidak pula kami mampu menanggung akan siksa api neraka Mu,Berilah hamba Mu ini ampunan, dan hapuskanlah dosa-dosa kami,Sesungguhnya hanya Engkaulah Sang Maha Pengampun.
Ya Allah,
Dosa-dosa kami seperti butiran pasir dipantai,Anugerahilah kami ampunan wahai Yang Maha Agung,Umur kami semakin berkurang setiap hari,Tapi dosa-dosa kami terus bertambah.Adakah pintu taubatku masih terbuka?
Ya Allah,
Hamba Mu yang penuh maksiat ini bersimpuh menghadapMu,Ku akui dosa-dosaku dan memohon ampun kepadaMu,Ampunilahku Ya Allah,Kerana hanya Engkaulah Sang Pemilik Ampunan ...
Kirimkan teman lain ingin ikut membaca juga. Terimakasih
Rumah tangga yg islami adalah rumah tangga yg di dalamnya terdapat nilai-nilai syariat islam, yg dijalankan oleh anggota keluarga tsb. Untuk mewujudkan sebuah rumah tangga islami, ada beberapa hal yg harus qt perhatikan. Hal-hal yg harus qt perhatikan dlm sebuah rumah tangga islami adalah:
A - Rumah islami adalah rumah orang-orang yg selalu menyucikan diri dan senantiasa mengingat Allah. Rumah yg di dalamnya ditegakkan penghambaan kpd Allah, tanpa mempersekutukan-Nya dg sesuatupun. Setiap penghuni rumah mengutamakan amal sholeh dan selalu mengingat Allah kapan dan dimana saja ia berada.
B - Rumah yg didirikan untuk menegakkan kedaulatan Allah di muka bumi serta menjadi tempat untuk mewujudkan syariat islam dlm setiap aspek kehidupan para penghuninya.
C - Penghuni rumah menyadari bahwa rumah tersebut hanyalah tempat sementara, selama ia menabung amal sholeh sebagai bekal untuk di akhirat kelak. Para penghuni rumah tersebut lebih menginginkan dan selalu merindukan rumah yang kekal (surga) di sisi Allah.
D - Rumah yg dipenuhi dengan kalam Allah, krn para penghuninya rajin untuk membaca dan mempelajari ayat-ayat suci Al Qur’an.
E - Rumah yg di dalamnya penuh dengan akhlak islami, yg diperlihatkan olh semua anggota keluarga. Anak-anak berbakti pada orang tua, orang tua mendidik anak-anaknya dengan penuh nuansa islami,
F - Rumah yg kondusif untuk tumbuh dan berkembangnya anak-anak yang sehat, baik jasmani maupun rohaninya.
G - Rumah yg dihuni oleh istri dan ibu yg sholehah, yg menjadi tumpuan dan sumber kasih sayang keluarga.
H - Rumah yg menjadikan tetangganya aman dan senang bersilaturahmi dengan para penghuni rumah tersebut.
I - Rumah yg penuh berkah, yang tidak melalaikan penghuninya untuk beribadah kepada Allah SWT.
Jika qt lihat, alangkah sederhananya sebuah rumah tangga yg islami. Namun, mewujudkannya tidaklah mudah, Setiap anggota keluarga harus terlibat aktif dalam usaha untuk mewujudkan sebuah rumah tangga yg islami. Dari rumah tangga islami seperti inilah, maka keluarga sakinah akan dapat terwujud, Semoga rumah tangga kita menjadi sebuah rumah tangga yg islami, yg diberkahi dan dirahmati oleh Allah SWT. Amin
Kirimkan teman lain ingin ikut membaca juga. Terimakasih
Suatu hari Allah SWT memerintahkan malaikat Jibril AS untuk pergi menemui salah satu makhluk-Nya yaitu kerbau dan menanyakan pada si kerbau apakah dia senang telah diciptakan Allah SWT sebagai seekor kerbau. Malaikat Jibril AS segera pergi menemui si Kerbau.
Di siang yang panas itu si kerbau sedang berendam di sungai. Malaikat Jibril AS mendatanginya kemudian mulai bertanya kepada si kerbau, "hai kerbau apakah kamu senang telah dijadikan oleh Allah SWT sebagai seekor kerbau". Si kerbau menjawab, "Masya Allah, alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah SWT yang telah menjadikan aku sebagai seekor kerbau, dari pada aku dijadikan-Nya sebagai seekor kelelawar yang ia mandi dengan kencingnya sendiri". Mendengar jawaban itu Malaikat Jibril AS segera pergi menemui seekor kelelawar.
Malaikat Jibril AS mendatanginya seekor kelelawar yang siang itu sedang tidur bergantungan di dalam sebuah goa. Kemudian mulai bertanya kepada si kelelawar, "hai kelelawar apakah kamu senang telah dijadikan oleh Allah SWT sebagai seekor kelelawar". "Masya Allah, alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah SWT yang telah menjadikan aku sebagai seekor kelelawar dari pada aku dijadikan-Nya seekor cacing. Tubuhnya kecil, tinggal di dalam tanah, berjalannya saja menggunakan perutnya", jawab si kelelawar. Mendengar jawaban itu pun Malaikat Jibril AS segera pergi menemui seekor cacing yang sedang merayap di atas tanah.
Malaikat Jibril AS bertanya kepada si cacing, "Wahai cacing kecil apakah kamu senang telah dijadikan Allah SWT sebagai seekor cacing". Si cacing menjawab, " Masya Allah, alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah SWT yang telah menjadikan aku sebagai seekor cacing, dari pada dijadikaan-Nya aku sebagai seorang manusia. Apabila mereka tidak memiliki iman yang sempurna dan tidak beramal sholih ketika mereka mati mereka akan disiksa selama-lamanya".
Kirimkan teman lain ingin ikut membaca juga. Terimakasih
Hadist Shahih Bukhari No. 670-671 Jilid II670. Dari mughirah ra. Katanya ia mendengar dari Rasulullah saw. Bersabda: “ Sesungguhnya berdusta berkenaan dengan ucapanku tidaklah sama dengan dusta terhadap ucapan orang lain. Siapa yang sengaja berdusta tentang hadistku, maka hendaklah dia menempati tempatnya di neraka,”Saya mendengar juga Rasulullah saw. Bersabda: “Mayat yang diratapi, akan disiksa karena ratapan itu”.
671. Dari Ibnu Umar ra., katanya Nabi saw. Bersabda: “Mayat akan disiksa dalam kuburnya sebab ia diratapi.
Hadist Shahih Bukhari No. 679 Jilid IIDari Abdullah bin Umar ra., katanya: “Sa’ad bin Ubadah sakit, Nabi saw. Mengunjunginya bersama-sama dengn Abdurahman bin ‘Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash dan Abdullah bin Mas’ud. Ketika Nabi tiba, ia sedang dikerumuni keluarganya. Nabi bertanya,”Telah berpulang?” Jawab mereka,:Belum Ya, Rasulullah!” Nabi saw. Menangis: orang banyak pun menangis pula melihat beliau menangis. Lalu beliau bersabda, “tidakkah kamu mendengar, bahwa Allah swt. Tidak meyiksa karena airmata dan tidak pula karena hati yang duka; tetapi Allah menyiksa karena ini (beliau menunjuk lidahnya) atau Allah mengasihi; sesungguhnya mayat itu disiksa karena ratap tangis keluarganya.
Al Qur’an menerangkan mengenai terputusnya amalan orang yang sudah meninggal.QS Al Baqarah 2:286Artinya: Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau hukum Kami jika Kami lupa atau Kami tersalah. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau bebankan kepada Kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tak sanggup Kami memikulnya. beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong Kami, Maka tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir."Dalam QS Al An’am 6: 164, seseorang akan menanggung dosa yang dia perbuat,
Artinya: Katakanlah: "Apakah aku akan mencari Tuhan selain Allah, padahal Dia adalah Tuhan bagi segala sesuatu. dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitakan-Nya kepadamu apa yang kamu perselisihkan."Kebaikan maupun kesesatan diakibatkan dari perbuatan seseorang tersebut, dalam QS Al Israa’ 17: 15 diterangkan,
Artinya: Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya Dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang sesat Maka Sesungguhnya Dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan meng'azab sebelum Kami mengutus seorang rasul.QS Fathiir 35:18
Artinya: Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain[ ]. dan jika seseorang yang berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul dosanya itu Tiadalah akan dipikulkan untuknya sedikitpun meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya. Sesungguhnya yang dapat kamu beri peringatan hanya orang-orang yang takut kepada azab Tuhannya (sekalipun) mereka tidak melihatNya dan mereka mendirikan sembahyang. dan Barangsiapa yang mensucikan dirinya, Sesungguhnya ia mensucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri. dan kepada Allahlah kembali(mu).QS Az Zumar 39:7
Artinya: Jika kamu kafir Maka Sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain[ ]. kemudian kepada Tuhanmulah kembalimu lalu Dia memberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. Sesungguhnya Dia Maha mengetahui apa yang tersimpan dalam (dada)mu.
Keselarasan dengan hadist Hadist riwayat Abu Huraiah , Rasulullah saw bersabda: “Jika manusia sudah meninggal, maka terputuslah amalnya, kecuali tiga, yaitu:- Shadaqah jariyah- Ilmu yang bermanfaat- Anak shalih yang selalu mendoakan kedua orangtuanya(HR Muslim (5/73), lafadz ini darinya, juga Bukhari dalam Adabul Mufrad [hal.8], Abu Dawud [2/15], Nasa’I [2/129], at-Thahawi, al Musykil [1/28], Baihaqi [6/278], Ahmad [2/372]
Dari ketiga perkara di atas Shadaqah jariyah dan Ilmu yang bermanfaat diperoleh dari upaya ketika masih hidup dan Perkara Anak shaleh yang selalu mendo’akan kedua orangtuanya merupakan hasil didikan orang tua. Jadi, yang berhak mendo’akan orang yang sudah meninggal yaitu anak-anaknya, keluarga, kerabat dan lainnya terakhir kali pada saat mensholatkan jenazah/ghaib sebelum dikuburkan. Dan do’a yang disampaikan kepada orang tua dari anak yang sholeh tidak akan menambah amalan yang meninggal tetapi mengurangi amal buruk yang pernah diperbuat orang tua.
Kirimkan teman lain ingin ikut membaca juga. Terimakasih
Ada seorang perempuan tua yang taat beragama, tetapi suaminya seorang yang fasik dan tidak mau mengerjakan kewajiban agama dan tidak mau berbuat kebaikan.Perempuan itu senantiasa membaca Bismillah setiap kali hendak berbicara dan setiap kali dia hendak memulai sesuatu senantiasa didahului dengan Bismillah. Suaminya tidak suka dengan sikap isterinya dan senantiasa memperolok-olokkan isterinya.Suaminya berkata sambil mengejek,"Asyik Bismillah, Bismillah. Sekejap-sekejap Bismillah."
Isterinya tidak berkata apa-apa sebaliknya dia berdoa kepada Allah S.W.T. supaya memberikan hidayah kepada suaminya. Suatu hari suaminya berkata : "Suatu hari nanti akan aku membuat kamu kecewa dengan bacaan-bacaanmu itu."Untuk membuat sesuatu yang memeranjatkan isterinya, dia memberikan uang yang banyak kepada isterinya dengan berkata, "Simpan uang ini." Isterinya mengambil uang itu dan menyimpan di tempat yang aman, di samping itu suaminya telah melihat tempat yang disimpan oleh isterinya. Kemudian dengan senyap-senyap suaminya itu mengambil uang tersebut dan mencampakkan uang itu ke dalam perigi di belakang rumahnya.
Setelah beberapa hari kemudian suaminya itu memanggil isterinya dan berkata, "Berikan padaku uang yang aku berikan kepada mu dahulu untuk disimpan."Kemudian isterinya pergi ke tempat dia menyimpan uang itu dan diikuti oleh suaminya dengan berhati-hati dia menghampiri tempat dia menyimpan uang itu dia membuka dengan membaca, "Bismillahirrahmanirrahiim." Ketika itu Allah S.W.T. mengutus malaikat Jibrail A.S. untuk mengembalikan semua uang dan menyerahkan uang itu kepada suaminya kembali.
Alangkah terperanjat suaminya, dia merasa bersalah dan mengaku segala perbuatannya kepada isterinya, ketika itu juga dia bertaubat dan mulai mengerjakan perintah Allah, dan dia juga membaca Bismillah apabila dia hendak memulai sesuatu pekerjaan.
Kirimkan teman lain ingin ikut membaca juga. Terimakasih
Rasulullah s.a.w. menyuruh para suami agar berbuat baik kepada isteri dan bersederhana dalam mendidik para isteri, sehingga ke saat kewafatannya pun Baginda masih berwasiat tentang perkara ini. Rasulullah SAW bersabda ““Aku berwasiat kepada kamu supaya menjaga wanita dengan sebaik-baiknya kerana mereka dijadikan daripada tulang rusuk dan sebengkok-bengkok tulang rusuk adalah yang di bahagian teratas. Sekiranya kamu cuba meluruskannya, kamu akan mematahkannya dan sekiranya kamu membiarkannya akan terus bengkok selama-lamanya. Justeru, berpesan-pesanlah kepada wanita (dengan kebaikan).” (Riwayat Syaikhain melalui Abu Hurairah)
Siti Hawa dijadikan dari tulang rusuk bahagian yang paling atas Nabi Adam a.s. Tulang rusuk yang paling atas adalah bahagian yang senang dipatahkan. Begitu jugalah dengan perempuan, seorang suami perlu bersederhana dalam mendidik isteri. Jangan terlalu keras dan jangan terlalu lembut. Janganlah seorang suami terlalu cerewet dengan perkara yang remeh-temeh seperti lauk atau masakan isteri yang kurang masin. Asalkan seorang isteri itu patuh ajaran Islam, meminta izin apabila hendak keluar rumah dan tidak curang kepada suaminya, maka memadailah. Jangan pula langsung tidak menegur atau menasihati isteri apabila mereka tidak mematuhi ajaran Islam.
An-Nisaa [34]….jika mereka taat kepada kamu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkan mereka….
Dalam kehidupan rumah tangga Rasulullah s.a.w, baginda telah meninggalkan contoh teladan kepada kita betapa baginda berbuat baik kepada keluarganya. Dalam sebuah hadis, baginda telah bersabda, yang bermaksud: “Orang yang paling baik di antara kamu adalah yang paling baik dengan keluarganya dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku.” (Hadis riwayat Tabrani)
Bahkan Baginda turut membantu dalam melakukan kerja-kerja rumah dan selalu membuat sendiri sesuatu kerja seperti menjahit pakaiannya tanpa menyuruh isteri Baginda. Sunnah “layan diri” atau Do IT Yourself (DIY) ini turut diamalkan oleh masyarakat Barat walaupun mereka bukan beragama Islam
Kirimkan teman lain ingin ikut membaca juga. Terimakasih
Dulu pada zaman Khalifah Al Manshur, salah seorang menterinya, Al-Ashma’i melakukan perburuan. Karena terlalu asyik mengejar hewan buruan ia terpisah dari kelompoknya dan tersesat di tengah padang sahara. Ketika rasa haus mulai mencekiknya, di kejauhan ia melihat sebuah kemah. Terasing dan sendirian. Ia memacu kudanya kearah sana dan menemukan penghuninya yang memukau : wanita muda dan jelita. Ia meminta air. Wanita itu berkata, “ Ada air sedikit, tetapi aku persiapkan hanya untuk suamiku. Ada sisa minumanku, kalau engkau mau ambilah”.
Tiba-tiba wajah wanita muda itu tampak siaga. Ia memandang kepulan debu dari kejauhan. ‘Suamiku datang ‘, katanya. Wanita muda itu kemudian menyiapkan air minum dan kain pembersih. Lelaki yang datang itu lebih mudah disebut bekas manusia. Seorang tua yang jelek dan menakutkan . Mulutnya tak henti-hentinya menghardik istrinya. Tidak satu pun perkataan keluar dari mulut perempuan itu. Ia membersihkan kaki suaminya, menyerahkan minuman dengan khidmat dan menuntunnya dengan mesra masuk ke kemah.
Sebelum pergi, Al-Ashma’i bertanya , “Engkau muda, cantik dan setia. Kombinasi yang jarang sekali terjadi. Mengapa engkau korbankan dirimu untuk melayani lelaki tua yang berahlak buruk ?”
Jawaban perempuan itu mengejutkan Al-Asma’i, “Rosulullah bersabda, agama itu itu terdiri dari dua bagian : syukur dan sabar. Aku bersyukur karena Allah telah menganugerahkan kepadaku kemudaan, kecantikanm dan perlindungan. Ia membimbingku untuk berahlak baik. Aku telah melaksanakan setengah agamaku. Karena itu aku ingin melengkapi agamaku dengan setengahnya lagi yakni, bersabar.
Kirimkan teman lain ingin ikut membaca juga. Terimakasih
Benarkah urusan jodoh, usia dan rezeki adalah takdir-takdir Tuhan?
(X-Jakarta)
Jawab :
Rezeki, jodoh dan usia adalah takdir Tuhan, itu benar demikian. Tetapi bukan hanya itu. Segala sesuatu ada takdirnya. Allah yang Menciptakan segala sesuatu, lalu Dia menetapkan atasnya qadr atau ketetapan dengan sesempurna-sempurnanya (QS Al-Furqan[25]:2). Allah telah menetapkan bagi segala sesuatu ketetapan(QS Al-Thalaq[65]:3). Banyak sekali ayat Al Quran yang mengulang hakikat tersebut. Walhasil, segala sesuatu termasuk manusia ada takdir yang ditetapkan Allah atasnya. Tidak ada sesuatu yang tanpa takdir termasuk terhadap manusia.
Kata takdir terambil dari kata qaddara yang berasal dari akar kata qadara yang, antara lain, berarti mengukur, memberi kadar atau ukuran sehingga takdir adalah yang memberi kadar/ukuran/batas-batas tertentu dalam diri, sifat dan kemampuan maksimal, bagi setiap makhluk-Nya. Namun demikian, manusia tetap diberi kemampuan memilih yang mana di antara ukuran-ukuran yang ditetapkan Tuhan itu yang dapat diambil.
Kirimkan teman lain ingin ikut membaca juga. Terimakasih
hidayah dan taufik semata-mata dari Allah dan kita hanya bisa berusaha dan berusaha, namun namanya hidayah tetap kita serahkan pada-Nya.
Tidak usah jauh-jauh, cobalah kita perhatikan nabi kita, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, penghulu para nabi. Lihatlah bagaimana kehidupan beliau. Perhatikanlah bahwa di waktu kecil saja, beliau dalam keadaan yatim, sudah ditinggalkan ibu bapaknya. Beliau tumbuh dalam keadaan fakir, lalu siapakah yang selalu menjaganya? Siapakah yang menumbuhkan keimanannya? Siapakah yang mewahyukan kitab suci Al Qur’an padanya? Dialah Allah subhanahu wa ta’ala, segala kenikmatan adalah dari-Nya, segala kemuliaan dan sanjungan berhak ditujukan pada-Nya.
Jika kita telah mengetahui hal ini, yakin bahwa yang memberi hidayah adalah Allah dan yakin pula bahwa setiap penjagaan adalah dari-Nya, maka hendaklah kita memanjatkan do’a pada-Nya agar anak dan keturunan kita menjadi sholeh dan baik. Mintalah pada-Nya agar keturunan kita senantiasa mendapat berkah, juga selamat dari berbagai bahaya dan kejelekan. Mintalah pada Allah, semoga mereka senantiasa mendapatkan perlindungan dari gangguan setan, manusia jahat, dan jin. Inilah kebiasaan orang sholih yang sebaiknya kita tiru.
Kirimkan teman lain ingin ikut membaca juga. Terimakasih
waktu yang dianjurkan membaca surat Al Ikhlas. Semoga kita bisa mendapatkan keberkahan dengan mengamalkannya.
Pertama: waktu pagi dan sore hari.
Pada waktu ini, kita dianjurkan membaca surat Al Ikhlash bersama dengan maw’idzatain (surat Al Falaq dan surat An Naas) masing-masing sebanyak tiga kali. Keutamaan yang diperoleh adalah: akan dijaga dari segala sesuatu (segala keburukan).
Dari Mu'adz bin Abdullah bin Khubaib dari bapaknya ia berkata,
Pada malam hujan lagi gelap gulita kami keluar mencari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam untuk shalat bersama kami, lalu kami menemukannya. Beliau bersabda, "Apakah kalian telah shalat?" Namun sedikitpun aku tidak berkata-kata. Beliau bersabda, "Katakanlah". Namun sedikit pun aku tidak berkata-kata. Beliau bersabda, "Katakanlah". Namun sedikit pun aku tidak berkata-kata. Kemudian beliau bersabda, "Katakanlah". Hingga aku berkata, "Wahai Rasulullah, apa yang harus aku katakan?” Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Katakanlah (bacalah surat) QUL HUWALLAHU AHAD DAN QUL A'UDZU BIRABBINNAAS DAN QUL A'UDZU BIRABBIL FALAQ ketika sore dan pagi sebanyak tiga kali, maka dengan ayat-ayat ini akn mencukupkanmu (menjagamu) dari segala keburukan." (HR. Abu Daud no. 5082 dan An Nasai no. 5428. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Kedua: sebelum tidur.
Pada waktu ini, kita dianjurkan membaca surat Al Ikhlash, Al Falaq, An Naas dengan terlebih dahulu mengumpulkan kedua telapak tangan, lalu keduanya ditiup, lalu dibacakanlah tiga surat ini. Setelah itu, kedua telapak tangan tadi diusapkan pada anggota tubuh yang mampu dijangkau dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan. Cara seperti tadi diulang sebanyak tiga kali.
“Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ketika berada di tempat tidur di setiap malam, beliau mengumpulkan kedua telapak tangannya lalu kedua telapak tangan tersebut ditiup dan dibacakan ’Qul huwallahu ahad’ (surat Al Ikhlash), ’Qul a’udzu birobbil falaq’ (surat Al Falaq) dan ’Qul a’udzu birobbin naas’ (surat An Naas). Kemudian beliau mengusapkan kedua telapak tangan tadi pada anggota tubuh yang mampu dijangkau dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan. Beliau melakukan yang demikian sebanyak tiga kali.” (HR. Bukhari no. 5017)
Ketiga: ketika ingin meruqyah (membaca do’a dan wirid untuk penyembuhan ketika sakit).
Bukhari membawakan bab dalam shohihnya ‘Meniupkan bacaan ketika ruqyah’. Lalu dibawakanlah hadits serupa di atas dan dengan cara seperti dijelaskan dalam point kedua.
عَنْ عَائِشَةَ - رضى الله عنها - قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ نَفَثَ فِى كَفَّيْهِ بِقُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ وَبِالْمُعَوِّذَتَيْنِ جَمِيعًا ، ثُمَّ يَمْسَحُ بِهِمَا وَجْهَهُ ، وَمَا بَلَغَتْ يَدَاهُ مِنْ جَسَدِهِ . قَالَتْ عَائِشَةُ فَلَمَّا اشْتَكَى كَانَ يَأْمُرُنِى أَنْ أَفْعَلَ ذَلِكَ بِهِ
Dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha, dia berkata, "Apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam hendak tidur, beliau akan meniupkan ke telapak tangannya sambil membaca QUL HUWALLAHU AHAD (surat Al Ikhlas) dan Mu'awidzatain (Surat An Naas dan Al Falaq), kemudian beliau mengusapkan ke wajahnya dan seluruh tubuhnya. Aisyah berkata, “Ketika beliau sakit, beliau menyuruhku melakukan hal itu (sama seperti ketika beliau hendak tidur, -pen)." (HR. Bukhari no. 5748)
Jadi tatkala meruqyah, kita dianjurkan membaca surat Al Ikhlash, Al Falaq, An Naas dengan cara: Terlebih dahulu mengumpulkan kedua telapak tangan lalu keduanya ditiup lalu dibacakanlah tiga surat tersebut. Setelah itu, kedua telapak tangan tadi diusapkan pada anggota tubuh yang mampu dijangkau dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan. Cara seperti ini diulang sebanyak tiga kali.
Keempat: wirid seusai shalat (sesudah salam).
Sesuai shalat dianjurkan membaca surat Al Ikhlash, Al Falaq dan An Naas masing-masing sekali. Dari ‘Uqbah bin ‘Amir, ia berkata,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan padaku untuk membaca mu’awwidzaat di akhir shalat (sesudah salam).” (HR. An Nasai no. 1336 dan Abu Daud no. 1523. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih). Yang dimaksud mu’awwidzaat adalah surat Al Ikhlas, Al Falaq dan An Naas sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Hajar Al Asqolani. (Fathul Bari, 9/62)
Kelima: dibaca ketika mengerjakan shalat sunnah fajar (qobliyah shubuh).
Ketika itu, surat Al Ikhlash dibaca bersama surat Al Kafirun. Surat Al Kafirun dibaca pada raka’at pertama setelah membaca Al Fatihah, sedangkan surat Al Ikhlash dibaca pada raka’at kedua.
Dari’ Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sebaik-baik surat yang dibaca ketika dua raka’at qobliyah shubuh adalah Qul huwallahu ahad (surat Al Ikhlash) dan Qul yaa ayyuhal kaafirun (surat Al Kafirun).” (HR. Ibnu Khuzaimah 4/273. Syaikh Al Albani mengatakan dalam Silsilah Ash Shohihah bahwa hadits ini shahih. Lihat As Silsilah Ash Shohihah no. 646). Hal ini juga dikuatkan dengan hadits Ibnu Mas’ud yang akan disebutkan pada point berikut.
Keenam: dibaca ketika mengerjakan shalat sunnah ba’diyah maghrib.
Ketika itu, surat Al Ikhlash dibaca bersama surat Al Kafirun. Surat Al Kafirun dibaca pada raka’at pertama setelah membaca Al Fatihah, sedangkan surat Al Ikhlash dibaca pada raka’at kedua.
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu mengatakan,
“Aku tidak dapat menghitung karena sangat sering aku mendengar bacaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca surat pada shalat dua raka’at ba’diyah maghrib dan pada shalat dua raka’at qobliyah shubuh yaitu Qul yaa ayyuhal kafirun (surat Al Kafirun) dan qul huwallahu ahad (surat Al Ikhlash).” (HR. Tirmidzi no. 431. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih)
Ketujuh: dibaca ketika mengerjakan shalat witir tiga raka’at.
Ketika itu, surat Al A’laa dibaca pada raka’at pertama, surat Al Kafirun pada raka’at kedua dan surat Al Ikhlash pada raka’at ketiga.
Dari ‘Abdul Aziz bin Juraij, beliau berkata, “Aku menanyakan pada ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, surat apa yang dibaca oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (setelah membaca Al Fatihah) ketika shalat witir?”
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca pada raka’at pertama: Sabbihisma robbikal a’la (surat Al A’laa), pada raka’at kedua: Qul yaa ayyuhal kafiruun (surat Al Kafirun), dan pada raka’at ketiga: Qul huwallahu ahad (surat Al Ikhlash) dan mu’awwidzatain (surat Al Falaq dan An Naas).” (HR. An Nasai no. 1699, Tirmidzi no. 463, Ahmad 6/227)
Dalam riwayat yang lain disebutkan tanpa surat al mu’awwidzatain.
Dari Ubay bin Ka’ab, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasanya melaksanakan shalat witir dengan membaca Sabbihisma robbikal a’la (surat Al A’laa), Qul yaa ayyuhal kafiruun (surat Al Kafirun), dan Qul huwallahu ahad (surat Al Ikhlash)” (HR. Abu Daud no. 1423 dan An Nasai no. 1730)
“Hadits ‘Aisyah tidaklah shahih. Di dalamnya ada seorang perowi bernama Yahya bin Ayyub, dan ia dho’if. Imam Ahmad dan Yahya bin Ma’in telah mengingkari penambahan “mu’awwidzatain”.” (Al Mughni, 1/831)
Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan,
تعليق شعيب الأرنؤوط : صحيح لغيره دون قوله : والمعوذتين وهذا إسناد ضعيف عبد العزيز بن جريج لا يتابع في حديثه
“Hadits ini shahih kecuali pada perkataan “al mu’awwidzatain”, ini sanadnya dho’if karena ‘Abdul ‘Aziz bin Juraij tidak diikuti dalam haditsnya.” (Tahqiq Musnad Al Imam Ahmad bin Hambal, 6/227)
Jadi yang tepat dalam masalah ini, bacaan untuk shalat witir adalah raka’at pertama dengan surat Al A’laa, raka’at kedua dengan surat Al Kafirun dan raka’at ketiga dengan surat Al Ikhlas (tanpa mu’awwidzatain).
Namun bacaann ketika witir ini sebaiknya tidak rutin dibaca, sebaiknya diselingi dengan berganti membaca surat lainnya. Syaikh ‘Abdullah Al Jibrin rahimahullah mengatakan,
والظاهر أنه يكثر من قراءتها، ولا يداوم عليها فينبغي قراءة غيرها أحياناً حتى لا يعتقد العامة وجوب القراءة بها
“Yang nampak dari hadits yang ada, hendaklah bacaan tersebut seringkali saja dibaca, namun tidak terus-terusan. Sudah seharusnya seseorang membaca surat yang lain ketika itu agar orang awam tidak salah paham,ditakutkan mereka malah menganggapnya sebagai perkara yang wajib.” (Fatawa Syaikh Ibnu Jibrin, 24/43)
Kedelapan: dibaca ketika mengerjakan shalat Maghrib (shalat wajib) pada malam jum’at.
Surat Al Kafirun dibaca pada raka’at pertama setelah membaca Al Fatihah, sedangkan surat Al Ikhlash dibaca pada raka’at kedua.
Dari Jabir bin Samroh, beliau mengatakan,
كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم يَقْرَأُ فِي صَلاَةِ المَغْرِبِ لَيْلَةَ الجُمُعَةِ : ( قَلْ يَا أَيُّهَا الكَافِرُوْنَ ) وَ ( قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa ketika shalat maghrib pada malam Jum’at membaca Qul yaa ayyuhal kafirun’ dan ‘Qul ‘ huwallahu ahad’. ” (Syaikh Al Albani dalam Takhrij Misykatul Mashobih (812) mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)
Kesembilan: ketika shalat dua rak’at di belakang maqom Ibrahim setelah thowaf.
Dalam hadits Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu yang amat panjang disebutkan,
فجعل المقام بينه وبين البيت [ فصلى ركعتين : هق حم ] فكان يقرأ في الركعتين : ( قل هو الله أحد ) و ( قل يا أيها الكافرون ) ( وفي رواية : ( قل يا أيها الكافرون ) و ( قل هو الله أحد )
“Lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan maqom Ibrahim antara dirinya dan Ka’bah, lalu beliau laksanakan shalat dua raka’at. Dalam dua raka’at tersebut, beliau membaca Qulhuwallahu ahad (surat Al Ikhlas) dan Qul yaa-ayyuhal kaafirun (surat Al Kafirun). Dalam riwayat yang lain dikatakan, beliau membaca Qul yaa-ayyuhal kaafirun (surat Al Kafirun) dan Qulhuwallahu ahad (surat Al Ikhlas).”
Kirimkan teman lain ingin ikut membaca juga. Terimakasih